APROBI : PERTAHANKAN SAJA B30 JANGAN BURU-BURU B40

| Artikel
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Mediaperkebunan.id | Rabu, 17 Februari 2021

APROBI : PERTAHANKAN SAJA B30 JANGAN BURU-BURU B40

Saat ini program biodiesel B30 sudah cukup memadai, jangan buru-buru ke B40. Dengan harga CPO yang tinggi perlu dana Rp55 triliun sedang dana BPDPKS diperkirakan hanya terkumpul Rp41 triliun jadi sisanya Rp15 triliun dari mana. Karena itu B30 saja dulu yang dijalankan. M.P Tumanggor, Ketua Umum APROBI (Asosiasi Produsen Biofuel Indonesia) menyatakan hal ini. Untuk penerapan B40 juga masih ada 2 pendapat yaitu 40% semuanya FAME atau 30% FAME dan 10% green biodiesel. Pembahasannya masih belum tuntas, tetapi persiapan kearah sana sudah dilakukan. APROBI sendiri beranggotakan 20 perusahaan, hanya sebagian kecil yang terintegrasi dengan perusahaan perkebunan. Sebagian besar perusahaan yang berdiri sendiri sehingga bahan baku didapat dengan membeli CPO dari PKS yang dimiliki perusahaan perkebunan. Kapasitas produksi seluruh anggota APROBI adalah 12 juta ton. Perusahaan biodiesel membeli CPO dengan harga pasar yang tinggi seperti sekarang. “Sebenarnya kita hanya tukang jahit saja dengan upah USD85/MT. Jadi tidak benar kalau dana biodiesel yang triliunan kita nikmati,” katanya. Green energi di seluruh dunia memang mahal. “Tetapi kita jangan lihat dari sisi mahalnya saja. Kalau udara bersih maka alokasi dana untuk BPJS semakin berkurang karena masyarakat semakin sehat,” katanya. Dadan Kusdiana, Dirjen Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM menyatakan pemerintah akan mempertahankan B30. Sedang B40 dari aspek teknis sudah dipelajari sehingga kalau dilaksanakan sudah siap. “Kita tidak akan buru-buru ke B40 melihat situasi teknis ada spesifikasi baru ke B40 dan B50. Kalaupun ke B40 nanti opsinya on off ke B30 tergantung situasi,” katanya. Kilang untuk pencampuran sudah ditambah sehingga penggunaan biodiesel bisa diperluas sampai untuk kapal laut. Masyarakat tidak perlu kuatir dengan mutu B30. Kemen ESDM menjamin B30 yang sampai ke masyarakat tetap memenuhi standar kualitas. Lokasi pencampuran secara berkala terus dicek petugas Kemen ESDM. Pemanfaatan bodiesel sangat baik bagi Indonesia dan dilaksanakan secara bertahap. Kebijakan ini sudah berjalan 15 tahun dan dampaknya adalah impor solar turun sehingga devisa bisa dihemat, harga CPO dan TBS stabil bahkan cenderung baik sehingga petani juga ikut menikmati. Tahun 2021 diperkirakan serapan 9,5 juta kiloliter atau setara kebun sawit 2,5 juta ha, diantaranya pasti ada kebun sawit petani. Green biodiesel yang seratus persen dibuat dari minyak sawit saat ini sedang dalam proses pembangunan. Tahun 2022 refinery di Cilacap dtargetkan menghasilkan 6000 barel green biodiesel per hari. Katalis dan teknologi semua dari dalam negeri sehingga tidak tergantung pada impor. Penggunan biodiesel yaitu industri otomotif dalam hal ini diwakili GAIKINDO (Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia). Industri kendaraan diminta menyesuaikan diri seperti perubahan spek karet, seal. “Kalau ada merek yang menyatakan tidak bisa maka artinya dia tidak mau, karena merek lain bisa,” katanya.

BERITA BIOFUEL

CNBCIndonesia.com | Rabu, 17 Februari 2021

Biodiesel Sumbang 35% ke Bauran Energi Terbarukan RI

Pemerintah menargetkan bauran energi baru terbarukan (EBT) sebesar 23% pada 2025 mendatang. Namun sampai 2020 capaiannya baru separuhnya, yakni 11,5%. Salah satu upaya pemerintah dalam mendorong target bauran energi baru terbarukan adalah melalui mandatori pemanfaatan biodiesel, di mana saat ini sudah mencapai biodiesel 30% atau B30. Peran biodiesel dalam bauran energi baru terbarukan pada 2020 ini berkontribusi sebesar 35%. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Bioenergi Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna. “Peran dari biodiesel kurang lebih 35% dari capaian tersebut (bauran EBT 11,5% di 2020), itu berasal dari biodiesel. Dengan meningkatkan blending (pencampuran), diharapkan peran biodiesel bisa terus meningkat dalam pencapaian EBT,” ungkapnya dalam webinar tentang energi baru terbarukan Pertamina, Rabu(17/02/2021). Dia mengatakan, realisasi penyerapan Fatty Acid Methyl Esters (FAME) yang dicampurkan ke dalam solar sebesar 30% atau biodiesel 30% (B30) pada 2020 mencapai sebesar 8,4 juta kilo liter (kl). Pemanfaatan biodiesel selama 2020 ini menurutnya berdampak pada penghematan devisa sebesar US$ 2,64 miliar atau Rp 38,04 triliun. Selain itu, ini juga meningkatkan nilai tambah dari minyak sawit mentah (CPO) Rp 10,36 triliun.

Dia mengatakan, pihaknya juga akan memperhatikan kualitas biodiesel ketika persentase pencampuran biodiesel ini ditingkatkan, sehingga bahan bakar yang digunakan bisa cocok dengan mesin yang digunakan. Selain itu, kualitas infrastruktur berupa tangki penyimpanan juga diupayakan terus diperbaiki seiring dengan peningkatan persentase pencampuran biodiesel ini. “Kita melakukan perbaikan dari spec biofuel-nya itu sendiri. Untuk pencampuran B30, ada beberapa parameter yang kemudian kita perketat,” ujarnya. Adapun insentif atau subsidi biodiesel pada 2020 lalu mencapai sebesar Rp 28 triliun. “Hal ini dikarenakan harga dari bahan bakar minyak (BBM) yang rendah di tahun 2020, sehingga selisih Harga Indeks Pasar (HIP) dari biodiesel dan solar cukup tinggi,” jelasnya. Feby mengatakan biodiesel akan dikembangkan dengan prinsip-prinsip keberlanjutan. Petani-petani akan dilibatkan, misal saat ini saat ini perusahaan besar yang terlibat ke depan bisa dikembangkan koperasi-koperasi. “Kita juga upaya perbaikan standar dan proses efisien, terkait dengan insentif karena saat ini untuk mengembangkan EBT, cost-nya jauh lebih mahal dan daya beli belum kuat, maka cost ditekan,” paparnya.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20210217132654-4-224007/biodiesel-sumbang-35-ke-bauran-energi-terbarukan-ri

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *