Langkah Selamatkan Bumi Lewat Program Biodiesel 30 Persen

| Artikel
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Tempo.co | Rabu, 20 Mei 2020

Awal 2020 ini, dunia digemparkan dengan sebuah virus asal Wuhan yang kini dikenal dengan sebutan Covid-19. Merebaknya virus tersebut lantas berdampak langsung pada berbagai sisi kehidupan manusia, tidak terkecuali untuk sektor minyak dan gas. Sejak merebaknya Covid-19, sektor minyak dan gas yang selama ini terbilang cukup stabil tidak luput terkena imbasnya. Salah satu parameternya adalah dengan anjloknya harga minyak dunia ke level terendah dalam 19 tahun. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartanto dalam konferensi pers virtual pada Selasa, 21 April 2020 menjelaskan, penurunan harga minyak dunia West Texas Intermediate (WTI) anjlok hingga di bawah 0 dollar AS per barel dikarenakan rendahnya permintaan akibat pandemi Covid-19, sementara pasokan minyak melimpah. Maka dari itu, saat penutupan perdagangan Senin, 20 April lalu, harga minyak berada di posisi minus 37,63 dollar AS per barel atau terendah dalam sejarah. Selayaknya dua sisi mata uang, penurunan harga minyak juga memiliki untung dan rugi bagi negara, baik bagi pemangku kepentingan, dunia usaha, hingga masyarakat Indonesia. Bagi pemangku kepentingan seperti Bank Indonesia (BI) penurunan ini terbilang menguntungkan karena BI hanya perlu menyediakan devisa sekitar US$ 14 juta sehari untuk kebutuhan impor.

Keuntungan lainnya juga dirasakan oleh negara dan masyarakat. Ketika harga minyak turun, otomatis subsidi pun akan terpangkas dan masyarakat mendapatkan harga minyak yang lebih murah. Namun untuk sektor industri, penurunan harga minyak akan memberikan kerugian tersendiri. Pasalnya, negara akan kehilangan penerimaan pajak dari kelangsungan bisnis hulu minyak. Tidak hanya itu, penurunan harga minyak ini juga akan menurunkan tingkat pendapatan dunia usaha dengan nilai yang berbeda-beda tergantung besaran dan tingkat keefisienan produksi. Walaupun tercatat mengalami penurunan yang cukup drastis, namun Indonesia tidak menggunakan acuan WTI, melainkan basis jenis minyak Brent dengan acuan Mean of Platts Singapore (MOPS). Meskipun begitu, pemerintah tetap melakukan pemantauan pergerakan harga minyak WTI. Pasalnya, harga minyak ini tentunya dapat mempengaruhi sektor migas di Indonesia, terutama mempengaruhi rencana pemerintah yang sedang mengembangkan Biodiesel 30 Persen (B30). Penerapan program ini juga dinilai sebagai salah satu langkah yang tepat untuk mengurangi ketergantungan bahan bakar fosil (yang selama ini digunakan masyarakat) hingga menekan angka impor di sektor minyak dan gas demi memperbaiki defisit neraca perdagangan. Persiapan implementasi B30 di Indonesia memang telah dilakukan sejak jauh-jauh hari. Namun apakah pandemi Covid-19 yang membuat anjloknya harga minyak dunia ke level terendah selama 19 tahun, akan mempengaruhi kelanjutan program B30 di Indonesia? Guna membahas dan mengetahui apa untung dan rugi dari jatuhnya harga minyak dunia, Tempo Media mengadakan sebuah diskusi virtual dialog industri dengan tema “Untung – Rugi Minyak Murah”. Program Dialog Industri ini akan dilaksanakan pada Selasa, 19 Mei 2020, pukul 10.00 WIB – Selesai, melalui Live streaming di Youtube dan Facebook Tempo. Program ini akan menghadirkan para narasumber kompeten yang akan membahas tentang korelasi penurunan harga minyak dunia dan penurunan permintaan pasar terhadap program B30 yang telah digodok sejak jauh hari

https://nasional.tempo.co/read/1344207/langkah-selamatkan-bumi-lewat-program-biodiesel-30-persen/full&view=ok