Produksi CPO 2021 Diprediksi Capai 49 Juta Ton

| Berita
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Infosawit.com | Senin, 28 Juni 2021

Produksi CPO 2021 Diprediksi Capai 49 Juta Ton

Sebelumnya, dalam laporan Rabobank Group, belum lama ini menggarisbawahi pelambatan penanaman baru disebabkan oleh moratorium oleh pemerintah Indonesia dan Malaysia untuk perluasan lahan pertanian terus berlanjut, serta akibat harga komoditas yang rendah pada awal tahun. Malaysia tercatat membatasi area penanaman kelapa sawit menjadi 6,5 juta hektar. Sementara, pemerintah Indonesia telah membatasi ketersediaan lahan pertanian dan wilayah konsesi yang disetujui hingga empat juta hektar. Recanan ini bakal berdampak pada pasokan minyak sawit global mulai tahun 2021 dan seterusnya. Juga harus digarisbawahi bahwa petani kecil Indonesia yang menanam kembali kelapa sawit seluas 500 ribu hektar pada akhir tahun 2022 harus mempertahankan pasokan minyak sawit yang cukup untuk dunia. Merujuk catatan Dewan Negara-negara Minyak Sawit (CPOP), mengutip laporan Ganling Malaysia, penurunan produksi minyak sawit yang terus berlanjut disebabkan banyaknya pohon sawit yang telah melampui umur teknisnya (25 tahun keatas) di seluruh Indonesia (24%) dan Malaysia (30%). Ketertinggalan dalam penanaman kembali akan membatasi pertumbuhan pasokan untuk sementara waktu dalam jangka pendek dan menengah. Di Indonesia, penanaman kembali rata-rata 1% per tahun setidaknya telah menurunkan pasokan minyak sawit sekitar 1,5 juta ton dari rantai pasokan, sementara di Malaysia, tingkat penanaman kembali rata-rata 1,8% per tahun diperkirakan akan menurunkan pasokan sekitar 1,1 juta ton. Sehingga penurunan total minyak sawit bisa mencapai sekitar 2,6 juta ton dari rantai pasok di 2021. Pola cuaca La Nina, yang menyebabkan curah hujan lebih tinggi di seluruh wilayah Indonesia dan Malaysia, semestinya meningkatkan hasil buah dan produksi CPO pada tahun 2021. Namun, curah hujan yang lebih tinggi bisa mengakibatkan banjir, sehingga berpotensi menurunkan produksi dan justru mempengaruhi harga. Di tahun 2021, Gabungan Pengusaha Perkebunan Kelapa Sawit Indonesai (GAPKI) memperkirakan pengaruh pandemi Covid-19 masih belum berakhir. Namun demikian produksi minyak sawit Indonesia diprediksi akan naik signifikan pada 2021, akibat pemeliharaan kebun yang lebih baik, cuaca yang mendukung dan harga yang menarik. Dimana GAPKI memprediksi produksi minyak sawit mentah (CPO) di 2021 bakal mencapai 49 juta ton dan 4,65 juta ton untuk PKO. Lantas, dengan komitmen pemerintah terus melanjutkan program B30, konsumsi biodiesel pun diperkirakan sebesar 9,2 juta KL (Aprobi 2021) yang setara dengan 8 juta ton minyak sawit. Penggunaan sawit untuk oleokimia di 2021 diperkirakan sekitar 2 juta ton untuk domestik dan sekitar 4,5 juta ton untuk ekspor (Apolin 2021). Dikatakan Ketua Umum GAPKI, Joko Supriyono, permintaan minyak nabati dunia akan sangat tergantung dari keberhasilan vaksin Covid-19. Keberhasilan program vaksin akan meningkatkan aktivitas ekonomi sehingga akan meningkatkan konsumsi minyak nabati termasuk minyak sawit. Selain itu, banyak negara yang karena alasan ekonomi terpaksa lebih terbuka. “Ekspor minyak sawit Indonesia diperkirakan akan meningkat di tahun 2021 baik volume maupun nilainya,” katanya dalam Koferensi Pers GAPKI, awal Februari 2021 yang dihadiri InfoSAWIT.

 

https://www.infosawit.com/news/10968/produksi-cpo-2021–diprediksi-capai–49-juta-ton

 

Wartaekonomi.co.id | Senin, 28 Juni 2021

Peralihan Energi Fosil ke Energi Terbarukan Dijembatani B30

Pemerintah Indonesia sedang berupaya melakukan reformasi energi dengan beralih ke arah energi baru terbarukan dan meninggalkan energi fosil. B30 merupakan langkah awal dari pengembangan bioenergi yang sangat banyak alternatif dan pilihannya. Ketua Dewan Pertimbangan Pengendalian Perubahan Iklim, Sarwono Kusumaatmadja mengatakan, terdapat dua semboyan untuk melangkah menuju reformasi energi yakni ‘think globally act locally’ dan ‘think big and start small’. “Kalau kita petakan peralihan bioenergi dari energi fosil, masalahnya sangat kompleks, sehingga berbagai variabel harus didalami dan diperhitungkan. Mengingat biodiversitas kita sangat kaya, kedepan kita harus mengembangkan sumber biofuel dari sumber nabati yang beragam,” kata Sarwono pada Diskusi Pojok Iklim yang diselenggarakan KLHK seperti dilansir dari laman ppid.menlhk.go.id. Koordinator Keteknikan Bioenergi, Direktorat Bioenergi, Ditjen EBTKE, Kementerian ESDM, Efendi Manurung mengatakan, dari target bauran energi dari EBT sebesar 23 persen pada tahun 2025, saat ini telah tercapai sebesar 11,2 persen. Program mandatori B30 merupakan salah satu upaya dari sektor energi untuk mencapai target pengurangan emisi sebagaimana dituangkan dalam Paris Agreement. “Biofuel ke depan tidak terbatas untuk biodiesel, tidak terbatas pada pengusahaan skala besar, tapi didorong yang berbasis kerakyatan, spesifikasi menyesuaikan dengan kebutuhan konsumen, pemanfaatan by product biodiesel, dan pemanfaatan hasil sawit non-CPO,” ungkap Efendi.

Kemudian, Kepala Balai Teknologi Termodinamika Motor dan Propulsi, BPPT, Heri Setiapraja menyampaikan bahwa penerapan B30 di Indonesia telah melalui kajian yang melibatkan seluruh stakeholder terkait. Rekomendasi kajian telah diimplementasikan melalui penetapan standar baru properti biodiesel, penanganan, dan penyimpanan. Menurut Heri, kinerja kendaraan secara umum tidak berubah signifikan dari bahan bakar B20 menjadi B30. “Penerapan energi B30 untuk teknologi Euro4 memerlukan kajian khusus yang lebih detail, terutama terkait kajian system exhaust after treatment,” jelas Heri. Sementara itu, Kepala Sub Direktorat Pengendalian Pencemaran Udara Sumber Bergerak, Direktorat Jenderal PPKL, KLHK, Ratna Kartikasari menjelaskan bahwa penggunaan bioenergi khususnya B30 dapat meningkatkan jumlah pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK) jika dibandingkan B20. Efek lain dari penerapan B30 adalah peningkatan nilai tambah CPO menjadi biodiesel serta penghematan devisa. Pengembangan biodiesel diharapkan dapat pemenuhi standard emisi sesuai P.20 tahun 2017 tentang baku mutu emisi gas buang kendaraan bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori N dan Kategori O (Setara Euro 4) atau minimal Euro 2 (Pertamina Dex dan Dexlite). Dengan ketekunan dan komitmen para pihak, reformasi energi akan terjadi dan Indonesia bisa menjadi negara yang menyumbangkan suatu yang substansif untuk adaptasi dan mitigasi perubahan iklim.

 

https://www.wartaekonomi.co.id/read347859/peralihan-energi-fosil-ke-energi-terbarukan-dijembatani-b30

 

Liputan6.com | Senin, 28 Juni 2021

Menteri ESDM Buka Gelaran IEECCE 2021, Event Virtual Dukung Transisi Energi Bersih

Dalam menjawab tantangan global terkait transisi energi, di mana terjadi perubahan pola pemanfaatan energi berbasis fosil menjadi pemanfaatan energi bersih termasuk energi efisiensi, Masyarakat Konservasi dan Efisiensi Energi Indonesia (MASKEEI) untuk kali ketiga mengadakan IEECCE (Indonesia Energy Efficiency and Conservation Conference & Exhibition) 2021 yang dilaksanakan selama empat hari, mulai 14 hingga 17 Juni 2021. Kegiatan yang dilaksanakan secara virtual ini mengambil tema Responding to the Global Energy Transition, dan lebih spesifik pada Dekarbonisasi Sektor Mobilitas. “Saya ingin mengapresiasi MASKEEI untuk kegiatan The 3rd Indonesian Energy Efficiency and Conservation Conference & Exhibition 2021, dengan senang hati kami turut serta dalam kegiatan diskusi yang bermanfaat terkait dekarbonisasi. Kami berharap kita semua dapat berpartisipasi dalam implemmentasi konservasi energi di Indonesia. Atas nama Kementerian Marvest, dengan mengucapkan basmallah, saya resmi membuka IEECCE 2021,” ujar Menteri ESDM, Arifin Tasrif yang hadir pada pembukaan acara secara virtual, hari ini (14/06). Melalui Paris Agreement, Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi GRK 29% dengan usaha sendiri dan 41% dengan bantuan internasional di tahun 2030. Pada bulan April 2021 lalu, pada pertemuan The Leaders Summit, Presiden Joko Widodo menyatakan Indonesia berkomitmen pada Green Development dengan meningkatkan investasi transisi energi, pengembangan biofuel, indutri baterai lithium dan EV. Untuk sektor energi, Indonesia berkomitmen untuk mengurangi emisi sekitar 314-398 juta ton CO2 pada tahun 2030 dan target efisiensi energi 30%. Pada tahun 2020 NDC Indonesia untuk ektor energi mencapai 64,4 juta ton CO2 dengan kontribusi yang berasal dari energi terbarukan, efisiensi energi dan bahan bakar rendah karbon. Pada sambutan pembukaannya, Arifin mengatakan saat ini implementasi efisisensi energi Indonesia telah menunjukkan angka yang baik, namun masih membutuhkan perbaikan dengan menurunkan intensitas energi 1% per tahun sesuai ketentuan dan mengurangi konsumsi energi 17% pada tahun 2025 bersamaan dengan RUEN. Konsumsi energi di Indonesia terbanyak berasal dari sektor transportasi sekitar 44% atau 414 juta barel minyak setara dengan total konsumsi energi nasional di tahun 2016 dan kebanyakan untuk bahan bakar transportasi masih impor. Untuk ke depannya, impor ini akan terus berlanjut namun strategi efisiensi energi dalam sector tranportasi diharapkan mampu mengatasi tantangan tersebut. “Implementasi efisiensi energi bukanlah hal mudah, tetapi dengan komitmen dan tekad yang kuat, Kerjasama stakeholder, kami yakin dapat mengatasi semua hambatan yang ada”, ujar Arifin. Dukungan percepatan pengembangan konservasi energi dari Pemerintah, antaralain dengan membuat strategi jangka panjang yang diharapkan memastikan pasokan dan permintaan energi yang andal, terjangkau, dan dekarbonisasi terutama dalam hal bahan bakar dengan menggunakan sumber EBT seperti solar pv, angin, panas bumi, hidro, laut, nuklir dan sistem penyimpanan energi baterai, konservasi pembangkit listrik tenaga fosil ke EBT, interkoneksi transmisi dan pengembangan listrik smart grid. Untuk mendukungnya, dibuatlah beberapa kebijakan untuk beberapa sektor, yang disiapkan untuk mencapai target dekarbonisasi permintaan energi, GRK untuk semua sektor dengan implementasi standar minimum dan alat untuk pemanfaatan stok listrik. Untuk sektor transportasi sendiri, diwujudkan dengan implementasi KLBB di tahun 2040, manajemen energi, peralihan penggunaan kendaraan massal, seperti MRT, LRT dan juga penggunaan biofuel, green fuel. Untuk sektor industri, diantaranya manajemen industri dan eknologi tinggi untuk industri. Untuk sektor komersial, penerapan manajemen energi dapat menciptakan teknologi tinggi untuk semua sektor. Ketua MASKEEI, R.M. Soedjono Respati mengatakan bahwa di banyak negara pemanfaatan energi konvensional paling besar di sektor mobilitas, oleh karenanya keberhasilan dalam mengurangi emisi karbon di sektor ini akan sangat signifikan berkonstribusi pada penurunan karbon di tingkat global. Menurutnya, ambisi Indonesia untuk mengembangkan kendaraan listrik menggantikan kendaraan konvensional harus didukung oleh semua stakeholders di industri otomotif nasional maupun oleh semua stakeholders terkait. “Kami berharap acara IEECCE 2021 ini akan bermanfaat dan memberi sumbangan serta dorongan pada upaya peningkatan efisiensi energi dan pengembangan energi bersih dalam rangka menjawab tantangan transisi energi global menuju pemanfaatan energi bersih/clean energy untuk pembangunan berkelanjutan”, ucap Jon Respati. Gelaran IEECCE 2021 diselenggarakan berkolaborasi dengan Institut Teknologi Bandung, yang menjadi salah satu rangkaian peringatan 100 tahun ITB dan memberikan penghormatan kepada fakta sejarah panjang pendidikan teknologi di Indonesia. Disamping itu, kolaborasi ini dimaksudkan untuk lebih mendekatkan komunitas akademik dengan komunitas professional dan praktisi yang bergabung dalam organisasi MASKEEI agar terwujud interaksi positif antara dunia Pendidikan, khususnya bidang teknologi dan riset, dengan masyarakat praktisi yang menerapkan teknologi dalam tataran yang nyata untuk membangun keberlanjutan Indonesia. Sigit Puji Santosa, selaku Direktur National Center for Sustainable Transportation Technology (NCSTT) Institut Teknologi Bandung (ITB), yang juga merupakan Wakil Ketua Panitia, mengatakan bahwa ITB memiliki concern dimana permasalahan energi dan transportasi saling bergantung satu sama lain, klaster prioritas untuk riset energi dan lingkungan dan riset inovasi untuk mencari solusi sistem transportasi. “Kami, NCSTT berbagi tugas bersama MASKEEI dimana ITB berkonsentrasi untuk smart mobility, bekerja sama dengan beberapa institusi dan Kementerian/Lembaga yang berkecimpung dengan suistainable transport. Jadi, saat ini kami sangat concern bagaimana mencari solusi bersama dan juga mencari inovasi apa yang bisa diadopsi sehingga kita bisa menjadi tuan rumah di dalam negeri sendiri dalam bidang implementasi teknologi energi konservasi”, kata Sigit.

Tentang IEECCE 2021

Secara keseluruhan, IEECCE 2021 terdiri dari International Conference, Exhibition dan beberapa Side Events, diselenggarakan dalam format virtual. Akan ada sebanyak 7 Plenary dan 6 Breakout/Technical Sessions ditambah dengan dua Summit Meetings, yang akan dihadiri oleh lebih dari 160 orang narasumber dari dalam negeri dan 15 orang dari mancanegara. Selain itu, akan ada Virtual Exhibition, yang diikuti oleh lebih dari 20 peserta terdiri dari para sponsor yang mendukung acara ini. Karena sifatnya virtual, pameran akan dibuka selama 24 jam selama satu minggu penuh, sehingga diharapkan bisa dikunjungi oleh sekitar 1.000 orang pengunjung dari dalam maupun luar negeri. Beberapa Site Events yang akan di selenggarakan antaralain, (1) Business Meeting dan One to One (matching),yang akan diikuti oleh sekitar 30 perusahaan manca negara yang memperkenalkan teknologi dan inovasi dalam bidang peningkatan efisiensi energi diberbagai bidang; (2) Capacity Building Program, terkait ESCO Business, dan program terkait dengan pembangunan dan pengeloaan gedung rendah karbon dan berkelanjutan.; (3) Virtual Site Visit ke beberapa objek di mancanegara terdiri dari kunjungan virtual ke Gottenberg Smart City di Swedia dan Toyama City di Jepang. Sebagai catatan, kunjungan virtual ke Toyama City boleh dikatakan sebagai “kunjungan balasan“ karena Walikota Toyama City telah hadir di Jakarta dalam rangka menghadiri di IEECCE 2018 yang lalu. Dalam rangkaian acara Virtual Site Visit juga akan dikunjungi contoh bangunan untuk residensial di Copenhagen, Denmark, yang dikembangkan menuju Net Zero Emission Buildings, dan dua gedung di dalam negara yang berpredikat Green Building kategori Platinum (top rated) di BSD dan Jakarta. Kementerian ESDM hadir dan berpartisipasi pada IEECCE 2021 dengan menghadirkan booth virtual, yang menghadirkan sajian informasi lengkap tentang upaya konservasi dan efisiensi energi serta pengembangan kendaraan listrik di Indonesia. Direktorat Jenderal EBTKE secara lengkap menyajikan berbagai program dan informasi terkait konservasi energi. Pengunjung dapat membaca berbagai publikasi dan buku komik yang dapat dibaca secara digital dan terdapat fitur unduh. Pada booth virtual ini, juga disajikan lengkap tentang Penghargaan Subroto bidang Efisiensi Energi tahun 2021 yang sedang dalam tahap penerimaan peserta.

 

https://www.liputan6.com/news/read/4593699/menteri-esdm-buka-gelaran-ieecce-2021-event-virtual-dukung-transisi-energi-bersih

 

Wartaekonomi.co.id | Senin, 28 Juni 2021

Manfaat UCO Sawit: Dari Biodiesel Hingga Pembersih Lantai

Minyak jelantah (used cooking oil/UCO) tidak hanya dapat dimanfaatkan untuk biodiesel saja, melainkan juga bisa untuk bahan bakar lampu minyak, aroma terapi, pupuk tanaman, pakan unggas, sabun cuci tangan dan cuci piring, serta cairan pembersih lantai. Diungkapkan, peneliti dari Surfactant and Bioenergy Research Centre (SBRC), Institut Pertanian Bogor (IPB), Prof. Erliza Hambali menjelaskan, dari pasokan 1,6 juta kiloliter minyak jelantah, mencukupi 32 persen produksi biodiesel Indonesia. “Keunggulan lain adalah hemat biaya produksi 35 persen dibanding biodiesel dari CPO biasa dan mengurangi 91,7 persen emisi CO2 dibandingkan solar biasa,” katanya seperti dilansir dari InfoSAWIT. Sementara itu, Direktur Utama BPDPKS, Eddy Abdurrahman mengatakan, salah satu produk hilir dari kelapa sawit yakni minyak goreng, menjadi salah satu penentu di pasar domestik yang paling konsisten serta dapat diandalkan, yang selama ini turut menjaga harga crude palm oil (CPO) di dunia. Namun dalam beberapa tahun terakhir, konsumsi domestik untuk minyak goreng cukup stagnan, berada di kisaran angka 9 juta ton per tahun. Berdasarkan survai pasar yang dilakukan oleh Inter CAFE-IPB pada tahun 2020 terkait penggunaan sawit untuk makanan dan oleochemical dilaporkan bahwa pemakaian minyak sawit berupa margarin, speciality fats, minyak goreng sawit (curah dan packaging) berada di level 24 kg/kapita/tahun (range-nya dari 19 kg/kapita/tahun sampai dengan 27 kg/kapita/tahun). Animo masyarakat untuk memakai minyak goreng kemasan mulai berkembang, dengan basis pemikiran healthy. “Masih banyak ditemukan di pasar minyak goreng hasil re-proses minyak jelantah, yang diprediksi jumlahnya pada kisaran 16 – 22 persen, dan ada kecenderungan menurun, yang kemungkinan karena adanya minat negara lain untuk memanfaatkan minyak jelantah/used cooking oil sebagai bahan baku biodiesel,” ujar Eddy.

 

https://www.wartaekonomi.co.id/read347867/manfaat-uco-sawit-dari-biodiesel-hingga-pembersih-lantai

 

Republika.co.id | Selasa, 29 Juni 2021

Pemkot Bekasi Dukung Program Kelola Minyak Jelantah

Pemerintah Kota Bekasi, Jawa Barat mendukung program bijak kelola minyak jelantah. Pemkot menindaklanjuti upaya pengumpulan minyak jelantah masyarakat Kota Bekasi yang telah dimulai saat peringatan Hari Peduli Sampah Nasional 21 Februari 2021 lalu. Wakil Wali Kota Bekasi Tri Adhianto mengatakan minyak jelantah menjadi salah satu limbah rumah tangga yang jumlahnya meningkat setiap harinya. Selain bisa menyebabkan penyakit, masyarakat dinilai belum memahami cara membuang minyak jelantah yang baik dan benar sehingga menyebabkan pencemaran lingkungan. “Kalau kita lihat, pengelolaan minyak jelantah ini belum maksimal, banyak yang masih belum teredukasi, tapi dibalik itu ada potensi yang bisa dihasilkan, karena minyak ini bisa diolah jadi biodisel kalau sudah paham caranya,” kata Tri di Bekasi, Senin (28/6). Dia mengaku Pemerintah Kota Bekasi melihat potensi ini sebagai bagian dari upaya untuk meminimalisir limbah minyak jelantah dibuang ke lingkungan. Program ini diawali dengan proses pengumpulan minyak jelantah di setiap rukun warga setempat dengan menyediakan fasilitas penampungan berupa jerigen oleh Waste4change. Selanjutnya setiap jerigen yang telah terkumpul penuh minyak jelantah akan mendapat insentif dari Waste4Change. “Jadi warga juga menerima sejumlah intensif. Ini menjadi wadah positif dalam upaya kita memulihkan perekonomian warga yang terpuruk akibat pandemi COVID-19,” katanya. “Saya imbau bukan hanya camat, lurah, aparat pemerintah, dan bank sampah, tapi seluruh masyarakat Kota Bekasi dapat mendukung kesuksesan program pengumpulan sampah minyak jelantah ini. Semoga program ini menjadi awal dari Bekasi yang lebih asri dan bijak dalam mengelola sampah,” kata Tri. Founder and Managing Director Waste4Change Mohamad Bijaksana Junerosano mengatakan program ini diproyeksi mampu membantu ekonomi rakyat dari setiap jelantah yang dikumpulkan sekaligus mengatasi permasalahan lingkungan.”Selama Februari hingga Maret 2021 telah terkumpul sekitar delapan ton minyak jelantah yang selanjutnya akan diekspor ke Eropa untuk diolah menjadi biodiesel. Kami berharap dengan adanya edukasi secara berkelanjutan, program ini bisa menjadi contoh bagi kota-kota lain,” katanya.

https://www.republika.co.id/berita/qveyqx368/pemkot-bekasi-dukung-program-kelola-minyak-jelantah