Efektivitas Biodiesel dalam Mengurangi Polusi Udara

| Artikel
Bagikan Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Pertumbuhan populasi global yang cepat pasti memiliki dampak pada aspek-aspek manusia. Hal ini juga berlaku pada kualitas udara, yang merupakan sumber untuk manusia bernafas. Oleh karena itu, kualitas udara yang baik akan selalu dibutuhkan untuk menopang kehidupan manusia. Dalam sisi lain, pertumbuhan populasi penduduk juga akan berdampak pada kualitas udara, karena orang-orang selalu menempuh perjalanan miliaran kilometer per harinya untuk memenuhi kebutuhannya masing-masing.

Seperti permainan tarik tambang, kedua jenis kebutuhan manusia ini, yaitu masalah udara untuk bernafas dan mobilitas, akan mempengaruhi kualitas udara bumi. Namun, kita harus bersyukur dengan kemajuan teknologi yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Pada saat ini, kita dapat memanfaatkan teknologi biodiesel, di mana para peneliti telah menemukan bahwa teknologi tersebut lebih ramah lingkungan, dibandingkan diesel biasa yang sudah ada beberapa dekade ini.

Teknologi biodiesel diharapkan akan semakin umum untuk masyarakat di masa yang akan datang, karena pada saat ini, teknologi bahan bakar biodiesel ini sudah dapat ditemukan di SPBU sekitar kita. Dua tahun yang lalu, Kementrian Pertanian menyatakan bahwa biodiesel 100 (B100) sedang dibuat, dimana B100 terbuat dari 100% limbah organik. Teknologi bahan bakar minyak sawit ini akan membantu manusia untuk menjaga kelestarian lingkungan. Sebuah artikel menjelaskan bahwa bahan bakar biodiesel akan membantu menurunkan karbondioksida (CO2), hidrokarbon (HC), dan zat-zat tertentu lainnya yang akan mencemari lingkungan udara.

Namun, untuk menghindari salah persepsi, bahan bakar biodiesel masih akan mengakibatkan polusi di udara, tetapi jumlah polusi yang dihasilkan akan tetap lebih rendah dibandingkan bahan bakar diesel konvensional. Tingkat pencemaran yang dihasilkan dari bahan bakar biodiesel beragam, tergantung dari beberapa faktor yang dapat mempengaruhinya. Salah satu faktor akan mempengaruhi jumlah polusi yang tercemar adalah jenis mesin kendaraan, karena sistem injeksinya akan memproduksi gas beracun. Selain itu, campuran dari biodiesel itu sendiri juga berpengaruh.

Biodiesel yang ada pada saat ini memiliki bermacam-macam campuran. Beberapa diantaranya adalah B20, B30. Angka-angka pada nama tersebut (contoh: 20, 30, dan 100) adalah jumlah campuran biodiesel, di mana sisanya adalah bahan bakar tenaga surya konvensional. Namun, penggunaan biodiesel beragam. Selain untuk bahan bakar transportasi, biodiesel juga digunakan pada gedung industrial, perumahan, dan bahkan pembangkit listrik. Setiap tujuan kegunaan memiliki campuran biodiesel yang berbeda, karena harus disesuaikan dengan alat/mesin yang digunakan.

Biodiesel dikenal dengan produknya yang menggunakan bahan dasar dari limbah organik yang berbeda, dan tergantung dari negara yang memproduksinya. Biasanya, limbah organik yang umum diproses menjadi biodiesel. Negara-negara di Eropa biasanya menggunakan minyak “baru”, bukan limbah. Sedangkan di Jepang, biasanya mereka memanfaatkan minyak goreng yang sudah terpakai dari limbah rumah tangga maupun pabrik.