Barata Gandeng Balittri Kembangkan Reaktor Biodiesel Hybrid BBN

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Bisnis.com | Kamis, 26 November 2020

Barata Gandeng Balittri Kembangkan Reaktor Biodiesel Hybrid BBN

PT Barata Indonesia (Persero) bekerja sama dengan Balai Penelitian Tanaman Industri dan Penyegar (Balittri) Kementerian Pertanian untuk menggarap reaktor biodiesel hybrid bahan bakar nabati. Direktur Operasi Barata Indonesia Bobby Sumardiat Atmosudirjo mengatakan bahwa kerja sama tersebut merupakan upaya perseroan dalam rangka mengindustrialisasi sebuah inovasi mendukung program pemerintah guna memenuhi kebutuhan energi alternatif dalam negeri yang ramah lingkungan. “Biodiesel B100 adalah energi masa depan Indonesia. Ini adalah peluang besar bagi Barata sebagai BUMN manufaktur dan EPC [engineering, procurement, & construction] untuk menciptakan nilai tambah melalui hilirisasi sawit dengan produk akhir yang mampu memperkuat ketahanan energi nasional,” katanya melalui siaran pers, Rabu (25/11/2020). Bobby mengatakan bahwa perseroan selama ini telah memiliki pengalaman dan kompetensi dalam pembangunan pabrik pengolahan kelapa sawit yang nantinya akan dikembangkan dalam upaya penghiliran industri CPO yang lebih efisien. “Hingga kini sawit Indonesia masih menjadi salah satu penyumbang devisa terbesar, tapi Jika hanya diekspor bentuk mentah, harga jualnya lebih rendah, sedangkan produk turunannya lebih tinggi jika dijual,” katanya. Untuk itu, lanjut Booby, Barata bersama dengan Balittri ingin melahirkan produk industri mobile refinery untuk menghasilkan produk hilir yang bernilai tinggi yang diharapkan dapat mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional. Bobby menambahkan bahwa pengembangan biodiesel B100 juga memiliki banyak dampak positif terhadap pemanfaatan BBN bagi masyarakat yang lebih efisien dan ekonomis. Berdasarkan data Balittri, tahap uji coba membuktikan bahwa satu liter B100 mampu menempuh jarak 13,1 km atau 26,7 persen lebih efisien dari bahan bakar solar fosil dengan jumlah yang sama. “Pengembangan ini pun diharapkan dapat mendorong penciptaan nilai kesejahteraan ekonomi bagi para pekerja di sektor sawit yang terlibat,” imbuhnya. Selama ini, Barata Indonesia sendiri sudah beberapa kali terlibat dalam proyek yang mendukung energi ramah lingkungan, salah satunya seperti pembangkit listrik mini hidro dengan kapasitas hingga 5 MW.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20201126/44/1322678/barata-gandeng-balittri-kembangkan-reaktor-biodiesel-hybrid-bbn

CNBCIndonesia.com | Rabu, 25 November 2020

RI Banjir Impor Minyak, Luhut Minta Diversifikasi Energi

Indonesia kini memang defisit pasokan energi, baik dari minyak mentah, produk minyak seperti bahan bakar minyak (BBM) hingga LPG. Semakin meningkatnya permintaan energi di dalam negeri, namun tidak sejalan dengan peningkatan produksi, maka mau tidak mau Indonesia harus mengimpor sejumlah pasokan energi. Hal ini juga diakui Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Dia mengatakan, konsumsi minyak mentah Indonesia memiliki tren kenaikan 3,3% per tahun, sementara dari sisi produksi malah turun 2,2% per tahun. Pada akhir 2018, total cadangan minyak mentah Indonesia pun tinggal 3,2 miliar barel, terkuras dari 5,1 miliar barel pada 1998. Besarnya impor minyak mentah maupun produk minyak saat ini menekan neraca perdagangan Indonesia dan bisa memperburuk perekonomian nasional. Oleh karena itu, lanjutnya, penting bagi negara untuk melakukan diversifikasi pasokan energi. “Indonesia butuh diversifikasi sumber energi. Impor minyak menekan rupiah dan ekonomi secara keseluruhan,” ujarnya dalam acara EBTKE ConEx 2020 secara virtual, Rabu (25/11/2020). Luhut mengatakan, salah satu upaya diversifikasi sumber pasokan energi yakni melalui program biodiesel, mulai dari pencampuran Fatty Acid Methyl Esters (FAME) sebesar 30% dengan diesel atau biasa dikenal dengan B30 maupun B40. “Program B30, B40 dapat mengurangi impor energi kita,” ujarnya.

Selain itu, lanjutnya, besarnya cadangan batu bara nasional saat ini bisa dimanfaatkan untuk gasifikasi batu bara dan mengubahnya menjadi dimethyl ether (DME) maupun methanol yang bisa digunakan untuk pengganti LPG atau pencampuran untuk biodiesel. “Kita tidak ingin hanya ekspor batu bara mentah, tapi bisa lakukan hilirisasi seperti mengubah batu bara menjadi methanol yang kita perlukan untuk B30 juga,” tuturnya. Di sisi lain, imbuhnya, pemerintah juga terus berupaya meningkatkan proyek energi baru terbarukan terutama untuk pembangkit listrik, seperti pembangkit listrik tenaga air (PLTA), pembangkit listrik tenaga panas bumi (PLTP), pembangkit listrik tenaga angin/ bayu (PLTB), dan lainnya. Karena masih banyaknya sumber energi terbarukan tersebut, maka menurutnya nuklir belum perlu untuk segera dikembangkan di Tanah Air. Terlebih, lanjutnya, adanya kasus kebocoran pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) di Fukushima, Jepang. “Kami akan tingkatkan porsi energi baru terbarukan untuk mengendalikan perubahan iklim,” pungkasnya.

https://www.cnbcindonesia.com/news/20201125163413-4-204618/ri-banjir-impor-minyak-luhut-minta-diversifikasi-energi

Sindonews.com | Rabu, 25 November 2020

Di Depan Anggota DPR, Pertamina Beberkan Alasan Pembentukan Subholding

PT Pertamina (Persero) secara resmi membentuk holding Power & New Renewable Energy (PNRE), dan tercatat ada lima subholding yang ada di dalamnya. Di hadapan anggota Komisi VII DPR, manajemen perseroan pun menjabarkan sederet tugas yang nantinya dijalankan masing-masing holding. Chief Executive Officer subholding PNRE Heru Setiawan mengatakan, restrukturisasi tersebut sebagai langkah transformasi struktur organisasi. Dari segi operasional, selain menggenjot lini bisnis, pembentukan subholding juga mempercepat rantai pasok (value chain), mulai dari hulu hingga hilir. “Bahwa sejak bulan Juni 2020 lalu, kami dari Pertamina melakukan transformasi struktur organisasi. Jadi semua kegiatan operasional value chain Pertamina mulai hulu hingga hilir itu berada di bawah holding, yaitu sub holding,” ujar Heru dalam rapat dengar pendapat (RDP) dengan Komisi VII di Jakarta, Rabu (25/11/2020). Tercatat lima subholding seperti, upstream subholding yang operasionalnya diserahkan kepada PT Pertamina Hulu Energi, gas subholding dipegang PT Perusahaan Gas Negara, refinery & petrochemical subholding oleh PT Kilang Pertamina International, power & NRE subholding dioperasikan PT Pertamina Power Indonesia, dan commercial & trading subholding oleh PT Patra Niaga. Selain itu juga terdapat shipping company yang operasionalnya diserahkan kepada PT Pertamina International Shipping. Untuk Pertamina Power Indonesia salah satu tugasnya adalah mengawal transisi energi Pertamina. Penugasan ini seiring dengan sikap optimistis manajemen terhadap pengurangan hidrokarbon dan meningkatnya karbon sinks. Selain itu, adanya renewable resource atau sumber daya alam (SDA) yang dapat diperbaharui, serta elektrifikasi. “Kami, Power and RNE memiliki peran salah satunya itu mengawal transisi energinya Pertamina. Kami melihat Pertamina ke depan adanya inisiatif, baik itu secara global maupun pemerintah bahwa ke depannya hidrokarbon semakin menurun dan digantikan dengan karbon sinks. Kemudian sifatnya elektrifikasi dan kedua renewable. Jadi akan lebih banyak cara agar masyarakat mengkonsumsi energi lebih banyak bersifat renewable dan energi bersih,” kata dia. Sementara dari sisi bisnis, ada beberapa sektor yang dinilai sangat potensial di pasaran. Seperti, biodiesel, Solar panel, dan integrated power plant. “Dari sisi bidang bisnisnya, ada beberapa sektor, yaitu market untuk internal Pertamina, integrated power plant, kemudian solar TV, biodiesel, dan hidro. Dari sisi manufaktur, kita memproduksi solar cell. Inisiatif berkoordinasi juga dengan PT PLN, PT LEN, kemudian battery juga. Berdasarkan amanat ini kami akan proses ke depan,” kata dia.

https://ekbis.sindonews.com/read/245052/34/di-depan-anggota-dpr-pertamina-beberkan-alasan-pembentukan-subholding-1606284710

Validnews.id | Rabu, 25 November 2020

Gaikindo: Indonesia Pasar Empuk Untuk Mobil Listrik

Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo meyakini Indonesia merupakan pasar yang bagus bagi produk kendaraan bermotor listrik yang kini menjadi tren global. Sekretaris Umum Gaikindo, Kukuh Kumara menjelaskan hal tersebut tercermin dari rasio kepemilikan mobil di Indonesia yang masih rendah, yakni 99 mobil per 1.000 penduduk. Angka tersebut masih kalah jika dibandingkan negara ASEAN lain, seperti Malaysia dan Thailand. “Malaysia yang jumlah penduduknya 30 juta, rasio kepemilikan di atas 400 per 1.000 penduduk, sedangkan Thailand di atas 200 mobil per 1.000 penduduk,” kata Kukuh dalam diskusi daring di Jakarta, Rabu (25/11). Berdasarkan angka tersebut, saat ini Indonesia masih menjadi pasar yang menarik bagi produk kendaraan bermotor, khususnya roda 4. Kukuh menegaskan pihaknya akan memanfaatkan kondisi tersebut. Terkait potensi kendaraan bermotor listrik, Kukuh menjelaskan bahwa tren saat ini memang mengarah kepada kendaraan yang ramah lingkungan. Pemerintah juga telah menerbitkan PP Nomor 73 Tahun 2019 yang kemudian akan diimplementasikan pada 2021. Melalui PP tersebut, tambah Kukuh, pajak kendaraan bermotor akan didasarkan pada tingkat emisi. Semakin rendah emisinya maka pajak juga akan rendah. “Memang trennya menuju ke arah low emission vehicle. Untuk itu, disiapkan ketentuan yang berkaitan dengan kendaraan yang rendah emisi gas buang,” ujarnya. Upaya untuk menurunkan emisi juga telah ditempuh Indonesia dengan mandatory biodiesel. Kadar campuran CPO pun diupayakan meningkat. Sejak awal 2020, program B30 atau kadar 30% CPO dalam bahan bakar minyak sudah diimplementasikan. “Komitmen itu juga sebagai bentuk implementasi untuk menurunkan dampak dari gas rumah kaca,” tutur Kukuh.

https://www.validnews.id/Gaikindo–Indonesia-Pasar-Empuk-Untuk-Mobil-Listrik-nEX

CNNIndonesia.com | Rabu, 25 November 2020

Luhut Ungkap Sebab RI Sulit Lepaskan Diri dari Batu Bara

Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi Luhut Panjaitan menyatakan Indonesia masih kesulitan untuk meninggalkan penggunaan batu bara sebagai sumber energi. Pasalnya, ketergantungan RI akan batu bara terhadap total sumber energi hingga sekarang masih lebih dari 60 persen. “Kami tidak bisa bilang kalau dengan segera tidak mau lagi menggunakan batu bara karena saya percaya lebih dari 60 persen dari sumber energi Indonesia masih dihasilkan dari batu bara,” katanya pada diskusi daring Investment Summit, Rabu (25/11). Meski begitu, Luhut menyebut bukan berarti pemerintah RI tak berusaha mempercepat pemanfaatan energi baru terbarukan (EBT) untuk secara bertahap menggantikan batu bara atau sumber energi fosil lainnya. Ia menambahkan meski kaya akan sumber daya batu bara, konsumsi batu bara dalam negeri sendiri sebetulnya tak terbesar. Ia mengaku konsumsi batu bara di dalam negeri naik. Namun, kenaikan tak terlalu signifikan. Dia menambahkan kalau kegiatan ekspor justru mendominasi hasil eksplorasi batu bara. Ia mengatakan dari total produksi batu bara sebesar 323,3 juta ton setara minyak pada 2018, sebanyak 261,7 juta ton di antaranya justru diekspor. Sisa 61,6 juta ton baru digunakan untuk konsumsi dalam negeri. “Kami tidak mau lagi hanya mengekspor batu bara mentah atau memakainya, tapi kami ingin melihat hilirisasi batu bara. Mungkin kami bisa mengarah ke hilirisasi metanol karena butuh metanol untuk B30,” kata dia. Lebih lanjut, Luhut tak menampik bahwa penggunaan energi terbarukan di Indonesia masih rendah meski memiliki potensi yang luar biasa. Secara keseluruhan, Indonesia memiliki potensi energi terbarukan sebesar 443,208 MW. Ini berasal dari energi solar, angin, geotermal, air, biomass, dan lainnya. Namun, utilisasi atau pemanfaatannya hanya berkisar 2 persen dari potensi. “Indonesia memiliki potensi EBT yang besar namun utilisasinya masih kecil,” ujarnya.

https://www.cnnindonesia.com/ekonomi/20201125154121-85-574416/luhut-ungkap-sebab-ri-sulit-lepaskan-diri-dari-batu-bara

JPNN.com | Rabu, 25 November 2020

Jokowi Tegaskan Komitmen Indonesia untuk Bangun Ekonomi Tangguh dan Berkelanjutan

Presiden Joko Widodo mengatakan pemerintah terus bekerja keras membangun ekonomi yang inklusif dan membangun hubungan yang harmonis antara manusia dan lingkungannya, serta mampu beradaptasi dan siap menghadapi krisis. Hal itu disampaikan pria yang akrab disapa Jokowi itu dalam pidatonya pada World Economic Forum (WEF) Special Virtual on Indonesia melalui video konferensi dari Istana Kepresidenan Bogor, Rabu (25/11). “Pengesahan Omnibus UU Cipta Kerja adalah langkah besar kami untuk mempermudah izin usaha dan memberikan kepastian hukum, serta memberikan insentif untuk menarik investasi, terutama untuk industri padat karya dan ekonomi digital,” kata dia. Jokowi menyebut, Indonesia terus berkomitmen untuk menuju ekonomi lebih hijau dan berkelanjutan. Menurutnya, geliat pemulihan ekonomi tidak boleh lagi mengabaikan perlindungan terhadap lingkungan. “Perlindungan bagi hutan tropis tetap menjadi prioritas kami sebagai benteng pertahanan terhadap perubahan iklim,” tambahnya. Indonesia sendiri telah melakukan beberapa terobosan, antara lain memanfaatkan biodiesel B-30, mengembangkan green diesel D100 dari bahan kelapa sawit yang menyerap 1 juta ton sawit produksi petani, memasang ratusan ribu Pembangkit Listrik Tenaga Surya di atap rumah tangga, serta mengolah biji nikel menjadi baterai litium yang dapat digunakan di ponsel dan mobil listrik.  “Semua upaya tersebut akan menciptakan puluhan ribu lapangan kerja baru yang sekaligus berkontribusi pada pengembangan energi masa depan,” ujarnya. Pada 2021 akan menjadi tahun yang penuh peluang bagi Indonesia untuk berpartisipasi dalam kebangkitan perekonomian dunia. Indonesia mendukung dunia dengan membangun ekosistem investasi yang jauh lebih baik dengan melakukan perbaikan ekosistem regulasi dan birokrasi secara besar-besaran, memberikan insentif bagi investasi yang sesuai dengan prioritas yang telah ditetapkan, serta menjamin kondisi sosial dan politik yang stabil. “Saya mengundang masyarakat dunia untuk bergabung dan menanamkan investasi di Indonesia, untuk membangun ekonomi dunia yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan resilient,” tandasnya.

https://www.jpnn.com/news/jokowi-tegaskan-komitmen-indonesia-untuk-bangun-ekonomi-tangguh-dan-berkelanjutan

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *