Bukti Biodiesel Sawit Efektif Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

| News
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

 

Wartaekonomi.co.id | Rabu, 24 Maret 2021

Bukti Biodiesel Sawit Efektif Kurangi Emisi Gas Rumah Kaca

Sejumlah penelitian nasional dan internasional menggunakan Life Cycle Analysis (LCA) telah membuktikan bahwa penggunaan minyak sawit sebagai bahan bakar diesel/solar (biodiesel) akan mengurangi emisi gas rumah kaca (GRK) sekitar 50 – 60 persen. Tidak hanya itu, hasil penelitian European Commission (2013) menemukan bahwa apabila biodiesel sawit yang dihasilkan dari Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan methane capture, mengakibatkan pengurangan emisi GRK mencapai 62 persen. Senada dengan hal ini, hasil penelitian Mathews dan Ardyanto (2015) menemukan, penggunaan biodiesel sawit sebagai pengganti diesel fuel dapat menurunkan emisi GRK lebih dari 60 persen.  Dalam laporan European Commission juga ditemukan, pengurangan emisi GRK oleh biodiesel rapa, biodiesel kedelai, dan biodiesel bunga matahari berturut-turut yakni 45 persen, 40 persen, dan 58 persen. Dari hasil penelitian ini diketahui bahwa, penghematan emisi GRK melalui penggunaan biodiesel berbahan baku minyak sawit lebih tinggi dibandingkan biodiesel berbahan baku minyak nabati lainnya. Namun, yang lebih menarik lagi, pengurangan emisi GRK paling besar justru ditemukan dari biodiesel berbahan baku minyak jelantah (waste cooking oil) yakni sebesar 88 persen.

https://www.wartaekonomi.co.id/read333640/bukti-biodiesel-sawit-efektif-kurangi-emisi-gas-rumah-kaca

Infosawit.com | Kamis, 25 Maret 2021

Petani Kelapa Sawit Subsidi Biodiesel

Kenaikan harga jual CPO menjadi kabar gembira bagi banyak orang, bagi para pebisnis minyak sawit nasional, tentu menambah semangat untuk terus bekerja keras dan menorehkan prestasi. Lantaran, kenaikan harga jual CPO, secara nyata akan mendorong pertumbuhan bisnis yang dilakukannya. Terlebih, perkebunan kelapa sawit milik petani, membutuhkan kenaikan harga jual CPO, guna mencukupi kebutuhan hidupnya. Di tengah kondisi yang penuh tantangan menghadapi COVID 19, sektor perkebunan khususnya kelapa sawit, kerap mendapat dukungan dari banyak pihak. Lantaran kinerja usaha perkebunan kelapa sawit, masih mampu bertahan dan terus bertumbuh, menghadapi situasi yang penuh ketidak-pastian dewasa ini, akibat pandemi yang kian mewabah. Kabar terbaru, Presiden Jokowi memuji keberadaan minyak sawit yang mampu berkontribusi besar terhadap kinerja ekspor nasional. Sambil menyentil keberadaan subsidi pupuk pertanian sebesar Rp 33 Triliun, namun tidak memberikan kontribusi bagi negara. Beliau juga meminta, ada evaluasi besar terhadap pola subsidi pupuk kepada sektor pertanian, yang masih dilakukan hingga saat ini. Sinyal positif diberikan Presiden Jokowi, terhadap kemampuan minyak sawit dan produk turunannya, yang berkontribusi besar terhadap kinerja ekspor nasional, tentu harus mendapat sambutan hangat dari semua pemangku kepentingan usaha minyak sawit. Terlebih, perkebunan kelapa sawit sebagai industri hulunya, memiliki peluang besar untuk mendapatkan dukungan penuh dari pemerintah. Sebagai sektor industri non migas yang berkontribusi besar terhadap pendapatan devisa negara, pelaku usaha perkebunan kelapa sawit, dapat berkoalisi dengan pemerintah pusat dan daerah, guna memajukan industri minyak sawit nasional. Lantaran, hingga dewasa ini, masih banyak regulasi pemerintah, yang menghambat pertumbuhan perkebunan kelapa sawit nasional. Karut marut regulasi yang masih sering terjadi, dapat diajukan kepada pemerintah, untuk ditinjau ulang dan membuat strategic grand design yang mampu mendukung pertumbuhan perkebunan kelapa sawit selama 25 tahun kedepan. Dimana, pertumbuhan perkebunan kelapa sawit nasional, akan menjadi penopang bagi pertumbuhan industri hilirnya. Di sisi lain, regulasi tentang Bea Keluar dan Pungutan Ekspor BPDP KS yang terlalu besar dan masih membebani perkebunan kelapa sawit, juga dapat ditinjau kembali, untuk diatur ulang besarannya dan direposisi sebagai dana perkebunan kelapa sawit berkelanjutan. Karena dana yang sebagian besar berasal dari perkebunan kelapa sawit juga harus dikembalikan, untuk mendukung keberadaan sektor perkebunan kelapa sawit berkelanjutan nasional. Lantaran persoalan perkebunan seperti infrastruktur perkebunan, pupuk, alat sarana produksi, tangki timbun, dan pelabuhan, masih menjadi kendala besar bagi pertumbuhan industri sawit dari hulu hingga hilir di Indonesia. Sebab itu, dukungan pemerintah sangat dibutuhkan, guna meningkatkan daya saing industri supaya meningkat dan menjadi unggul dalam persaingan bisnis dunia.

https://www.infosawit.com/news/10702/petani-kelapa-sawit-subsidi-biodiesel

Katadata.co.id | Rabu, 24 Maret 2021

Untung Rugi Bahan Bakar Nabati

Untuk mengurangi emisi, pemerintah mengembangkan bahan bakar nabati. Diantaranya adalah biodiesel dan green diesel sebagai substitusi minyak diesel atau solar. Pemerintah terus mendorong pemanfaatan bahan bakar nabati. Dua energi alternatif yang tengah dikembangkan adalah biodiesel dan green diesel berbahan dasar minyak kelapa sawit (CPO). Pemanfaatan bahan bakar nabati diharapkan dapat menyokong komitmen penurunan emisi GRK maupun mengurangi konsumsi dan impor BBM. Di sisi lain, ini juga menjadi upaya menjaga ketahanan energi. Biodiesel yang merupakan campuran solar dengan ester metil asam lemak (Fatty Acid Methyl Este, FAME) sudah dikembangkan sejak 2008. Kini, program tersebut sudah berjalan dan mencapai mandatori B30 atau kewajiban campuran minimal 30% FAME dan 70% solar.  Biodiesel B30 memiliki kualitas setana atau ukuran yang menunjukkan kualitas bahan bakar diesel sebesar 51, lebih baik dari solar sehingga dinilai dapat memberi kualitas pembakaran mesin yang lebih mumpuni. Selain itu, riset International Council on Clean Transportation (ICCT) menyebutkan setiap tambahan 10% campuran FAME dalam biodiesel akan berpengaruh terhadap kadar emisi yang dihasilkan. Antara lain menurunkan 4,3% Particulate Matter (PM), 2% Hydro Carbon (HC), dan 2,5% Carbon Monoxide (CO). Namun di sisi lain akan menaikkan 0,8% Nitrogen Oxide (NOx) yang juga merupakan kontributor polusi udara. Sementara green diesel yang memanfaatkan diesel nabati (Hydrotreated Vegetable Oil, HVO) sebagai campuran solar diproyeksikan lebih unggul dari diesel berbasis fosil maupun biodiesel. Hasil uji lab Pertamina menunjukkan kandungan sulfur bahan bakar jenis ini lebih rendah, oksidasi yang lebih stabil dan angka setananya bahkan mencapai 79, paling tinggi di antara jenis bahan bakar lain. Selain itu hasil uji emisi kendaraan menunjukkan kepekatan asap gas buang turun menjadi 1,7% dari sebelumnya 2,6% saat tidak dicampur dengan D100.

https://katadata.co.id/jeany/infografik/605b20aad3ebe/untung-rugi-bahan-bakar-nabati

Kontan | Kamis, 25 Maret 2021

Bisnis BBM Lahan Isi Tangki AKRA

Menakar prospek kinerja dan saham PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) berbekal penjualan BBM dan lahan industri di tahun 2021. Sejumlah segmen bisnis PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) masih tumbuh kinerja sepanjang tahun 2020. Di bisnis penjualan bahan bakar minyak (BBM), misalnya, tahun lalu AKRA menjual 2,32 juta kiloliter (kl) BBM atau naik 10% secara tahunan alias year on year (yoy). Analis Korea Investment Sekuritas Indonesia Edward Tanuwyaya dalam riset 11 Januari 2021 menuliskan, kinerja AKRA itu memenuhi 98% dari perkiraannya. “Kami melihat tren ini akan berlanjut tahun ini,” tulis Edward. Analis Maybank Kim Eng Sekuritas Isnaputra Iskandar dalam riset pada 1 Januari 2021 menyebutkan, realisasi penjualan BBM AKRA, berada di atas proyeksinya, yang memproyeksikan sekitar 2,2 juta kl. Tahun ini, Isnaputra memproyeksikan AKRA bisa menangguk volume penjualan BBM sekitar 2,5 juta kl atau naik 6,7% dari tahun lalu. Potensi kenaikan penjualan BBM itu bersumber dari pertumbuhan permintaan ritel maupun non-ritel. Kepala Riset Kiwoom Sekuritas Indonesia Ike Widiawati memprediksi penjualan petroleum AKRA tahun ini ada di angka 2,3 juta kl atau cenderung stagnan. Namun, dia menilai, AKRA memiliki sumber pendapatan lain yang masih potensial. “AKRA akan ditopang oleh penjualan lahan di Java Integrated Industrial Port Estate (JIIPE) yang cukup prospektif,” tutur Ike, Rabu (24/3). Pada kuartal 1-2021, AKRA telah mencatatkan penjualan lahan seluas 14 hektare (ha) . Ike optimistis, AKRA bisa mencapai target penjualan 30 ha di akhir tahun 2021.

Lahan industri

Isnaputra mengatakan, JIIPE berkontribusi sebesar 10% dari total laba AKRA dalam tiga tahun hingga lima tahun ke depan. JIIPE akan diun- tungkan oleh implementasi omnibus law karena berhasil menyandang status KEK. Realisasi penjualan petroleum AKRA yang lebih besar dari proyeksi sebelumnya, juga berdampak pada peningkatan laba. “Setiap ada perubahan 1% pada asumsi volume petroleum, proyeksi laba akan naik atau turun 1,3%,” tulis Isnaputra dalam riset. Isnaputra menambahkan, tahun lalu pendapatan AKRA diproyeksikan mencapai Rp 19,15 triliun dengan laba bersih Rp 690 miliar. Tahun ini, pendapatan AKRA berpotensi naik 3,6% menjadi Rp 22,68 triliun dengan laba bersih Rp 783 miliar. “Pertumbuhan volume petroleum sangat wajar karena kami melihat ekonomi Indonesia tumbuh 5,3% secara tahunan (yoy) didorong inflasi rendah, penurunan suku bunga dan low base pada 2020,” kata dia Dari sisi biaya, kata Edward, mulai kuartal IV-2020 beban . AKRA makin ringan sebagai hasil dari penukaran utang berbunga tetap menjadi floating pada awal kuartal III- 2020. Dia menyebut, tren suku bunga rendah juga berandil membuat AKRA membukukan laba bersih Rp 215 miliar di kuartal IV-2020. Edward menambahkan, katalis lain pendorong kinerja AKRA adalah dari bisnis biodiesel. Kementerian ESDM sudah mengalokasikan biodiesel tahun ini sebesar 9,2 juta kl atau naik 8% yoy. Da- lam dua tahun terakhir, AKRA memasok sekitar 7%-8% dari total alokasi .biodiesel. Proyeksi Edward, tahun 2020 AKRA mengantongi pendapatan sebesar Rp 18,11 triliun dengan laba bersih sebanyak Rp 879 miliar. Sementara tahun ini, pendapatan AKRA bisa sebesar Rp 21,73 triliun dengan laba bersih Rp 992 miliar. Ketiga analis merekomendasikan beli saham AKRA. Edward memasang target harga AKRA di level Rp 3.900. Adapun Ike mematok target harga AKRA di level Rp 4.400 dan Isnaputra memprediksi Rp 4.700. Rabu (24/3), harga saham AKRA ditutup di level Rp 3.230 per saham.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *