Harga Minyak & Lockdown Malaysia Picu Harga CPO Menguat

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Cnbc Indonesia | Rabu, 8 April 2020

Harga minyak sawit mentah atau crude palm oil (CPO) menguat hari ini. Penguatan dipicu oleh sentimen positif naiknya harga minyak mentah dan kemungkinan penurunan suplai. Pada rabu (8/4/2020), harga CPO kontrak pengiriman tiga bulan di Bursa Malaysia Derivatif (BMD) naik 33 ringgit atau +1,43% ke level RM 2.348/ton. Harga menguat didorong oleh penguatan harga minyak mentah. Jelang pertemuan antara Arab, Rusia dan anggota OPEC+ lainnya besok, harga minyak mentah melesat lebih dari 2% pada perdagangan pagi hari ini. Reuters melaporkan pertemuan OPEC+ kali ini akan berhasil mencapai konsensus dan berbeda dengan pertemuan OPEC+ bulan lalu. Kemungkinan besar Arab dan Rusia akan sepakati pemangkasan produksi minyak mencapai 10-15 juta barel per hari (bpd). Kabar pemangkasan produksi memicu harga minyak melambung lantaran di tengah wabah corona permintaan minyak anjlok signifikan akibat aktivitas ekonomi yang terganggu. CPO merupakan bahan baku pembuatan biodiesel yang juga berperan sebagai bahan bakar seperti minyak.

Sehingga pergerakan harga minyak juga turut menjadi sentimen penggerak harga CPO, mengingat minyak nabati merupakan produk substitusi dari komoditas minyak. Sentimen kedua yang memicu kenaikan harga CPO adalah kekhawatiran bahwa periode lockdown di Malaysia akan diperpanjang dan Sabah sebagai wilayah penghasil minyak sawit terbesar juga diminta untuk memperpanjang penutupan di beberapa perkebunan. Lockdown untuk membendung penyebaran wabah COVID-19 diperkirakan menurunkan produksi minyak sawit Malaysia periode 2019/20 menjadi 18,8 [17,8-24,1] juta ton atau turun 1% dari update terakhir. Meskipun hasil panen biasanya lebih tinggi pada kuartal kedua, tetapi lockdown yang belum pernah terjadi di Negeri Jiran telah mengganggu rantai pasok minyak sawit. Wilayah penghasil terbesar Malaysia, Sabah, yang menyumbang 25% dari total produksi Malaysia, bisa menjadi salah satu korban terbesar dari pembatasan tersebut. Perkebunan dan pabrik dari enam kabupaten di Sabah termasuk Kalabakan, Semporna, Kunak, Kinabatangan, Tawau dan Lahad Datu (terhitung sekitar 75% dari produksi Sabah) telah diperintahkan untuk menghentikan operasinya. Hal ini akan menyebabkan hilangnya output yang signifikan. Malaysia berisiko kehilangan 500.000 ton tanaman akibat 14 hari penghentian aktivitas operasional di perkebunan dan pabrik di enam distrik yang bertujuan membendung penyebaran virus corona, kata Asosiasi Minyak Sawit Malaysia, Selasa. Di tempat lain, panen yang tertunda dan masalah logistik yang terhambat karena kurangnya personel untuk memanen dan lockdown juga akan menyebabkan produktivitas yang lebih rendah dari yang diperkirakan.

https://www.cnbcindonesia.com/market/20200408143105-17-150631/harga-minyak-lockdown-malaysia-picu-harga-cpo-menguat