Permintaan Dalam Negeri Turun, Aprobi Berencana Ekspor Biodiesel

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Indonesiainside.id | Jum’at, 24 April 2020

Asosiasi Produsen Biofuels Indonesia (Aprobi) berencana melakukan ekspor biodesel lantaran pemintaan dalam negeri mulai menurun. Uni Eropa dan Cina masih menjadi pangsa pasar utama biodiesel RI. “Apabila penyerapan dalam negeri turun, maka kita harus ekspor. Ini sedang kita perjuangkan supaya kia bisa ekspor biodiesel,” kata Ketua Harian Aprobi Paulus Tjakrawan di Jakarta, Ahad (26/4). Menurut dia, selama ini tidak bisa ekspor biodiesel karena habis digunakan di dalam negeri. “Namun sekarang permintaan dalam negeri menurun, makanya kita berusaha membuka keran ekspor,” ujar dia. Paulus mennyebutkan, peluang ekspor biodiesel ke Uni Eropa, meski saat ini dikenakan bea masuk berkisar 8 persen hingga 16 persen. Kemudian Cina mulai terbuka untuk mengekspor biodiesel ke sana. Anjloknya harga minyak dunia tidak berpengaruh terhadap harga biodiesel dalam negeri. Harga biodiesel lebih mahal untuk ekspor ketimbang di dalam negeri. “Februari harga biodiesel lebih mahal di luar negeri USD40 per ton,” kata dia. Paulus menyebutkan, permintaan biodiesel dalam negeri saat ini terus menurun turun, meskipun ia tidak mengetahui prosentasenya. Penurunan ini disebabkan penjualan BBM jenis solar Pertamina juga mengalami penurunan. Pada bulan Maret terjadi penurunan sekitar 16 persen dan April penurunan akan lebih tinggi lagi. “Tahun ini target penyaluran biodiesel mencapai 9,6 juta kilo liter (KL), sehingga tiap bulan sekitar 800.000 KL,” terangnya. Untuk mengantidipasi rendahnya penyerapan biodiesel dalam negeri, pihaknya akan mendorong ekspor ke luar negeri. Meskipun, kata dia, untuk memperoleh devisa negara tidaklah mudah karena negara-negara tujuan eksor juga sedang sulit ekonominya akibat Covod-19.