Perusahaan Jepang Ajak Pemkot Bogor Olah Minyak Jelantah

| Articles
Share Share on Facebook Share on Twitter Share on Whatsapp

Republika.co.id | Jum’at, 16 Oktober 2020

Perusahaan Jepang Ajak Pemkot Bogor Olah Minyak Jelantah

Pemerintah Kota (Pemkot) Bogor mendapat tawaran kerja sama dari sebuah perusahaan swasta asal Jepang untuk pengolahan minyak jelantah (limbah minyak goreng). Nantinya, minyak jelantah akan diolah menjadi biodiesel sebagai zat aditif bahan bakar minyak (BBM). Tawaran tersebut disampaikan oleh perwakilan dari perusahaan swasta asal Jepang kepada Wakil Wali Kota Bogor, Dedie A Rachim, di Balai Kota Bogor, Jumat (16/10).  Menurut Dedie, Kota Bogor pernah memiliki pengalaman dalam memanfaatkan jelantah, yakni limbah minyak goreng menjadi bahan bakar minyak biodiesel. Jelantah dimanfaatkan untuk zat aditif BBM pada kendaraan Transpakuan, pada 12 tahun lalu. Namun, kendalanya adalah pasokan bahan baku minyak jelantah yang tidak stabil jumlahnya sehingga proses produksinya juga tidak bisa berjalan stabil dan konsisten. “Karena itu, pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel ini tidak mungkin hanya dilakukan oleh pemerintah, sehingga perlu ada keterlibatan swasta,” katanya. Menurut Dedie, perusahaan swasta dari Jepang ini menawarkan pengolahan minyak jelantah menjadi biodiesel untuk tambahan BBM yakni B30 sampai B100. Berdasarkan diskusi, keduanya menginginkan kepastian adanya pasokan minyak jelantah. “Kalau saat ini ada tawaran untuk pengolahan minyak jelantah, maka potensi minyak jelantah ini akan diupayakan untuk menaikkan nilai tambahnya,” katanya. Sementara itu, perwakilan dari perusahaan swasta asal Jepang, Cahyo, menyatakan, kehadiran mereka ke Balai Kota Bogor adalah menawarkan proposal kerja sama untuk pengolahan limbah minyak goreng menjadi biodiesel. Tawaran ini akan menjadi satu proyek percontohanuntuk pengolahan biodiesel yang ramah lingkungan. “Kalo proyek percontohan ini berhasil, bisa menjadi percontohan bagi daerah lainnya,” katanya.

https://republika.co.id/berita/qiawis463/perusahaan-jepang-ajak-pemkot-bogor-olah-minyak-jelantah

Antaranews.com | Minggu, 18 Oktober 2020

PLTU Nagan Raya Aceh uji coba penggunaan cangkang sawit

Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) 1-2 Nagan Raya, Aceh, mulai menguji coba penggunaan cangkang kelapa sawit sebagai bahan bakar pembangkit guna menurunkan polusi udara. “Penggunaan cangkang kelapa sawit ini bertujuan untuk mengurangi emisi gas buang dan mewujudkan lingkungan sehat ( go green ),” kata Manajer Unit Pelaksana Pembangkitan (UPK) PLTU 1-2 Nagan Raya, Aceh, Harmanto di Suka Makmue, Aceh, Minggu. Menurut dia, penggunaan cangkang sawit sebagai bahan baku pembakaran PLTU Nagan Raya tersebut juga merupakan bagian menyukseskan program pemerintah terkait pemanfaatan energi baru dan terbarukan (EBT). Ia juga menjelaskan pemakaian cangkang kelapa sawit di dalam mesin pembangkit PLTU tersebut bersamaan dengan batubara. “Ini kita uji coba dulu, penggunaan cangkangnya pada Sabtu (17/10/2020) kemarin sebanyak lima persen dan hari ini kita gunakan 10 persen, dari total pemakaian per jamnya,” katanya. Harmanto juga mengatakan sejauh ini penggunaan cangkang kelapa sawit di pembangkit listrik tersebut tidak mengalami kendala apa pun. Ia juga mengatakan, uji coba penggunaan cangkang kelapa sawit merupakan metode untuk mengurangi penggunaan batubara, yang menjadi sumber energi primer PLTU. Sedangkan, cangkang kelapa sawit yang digunakan untuk pembangkit listrik tersebut, kata dia, diperoleh dari pabrik kelapa sawit yang ada di Kabupaten Nagan Raya, Aceh. Apabila program tersebut berhasil, kata dia, maka akan mampu mengurangi batubara karena harganya yang mahal, sementara limbah cangkang kelapa sawit harganya terjangkau. “Untuk tahap pertama ini, kita menggunakan bahan baku limbah cangkang kelapa sawit sebanyak 150 ton,” ujarnya.

https://www.antaranews.com/berita/1790369/pltu-nagan-raya-aceh-uji-coba-penggunaan-cangkang-sawit

Bisnis.com | Minggu, 18 Oktober 2020

PLN Targetkan Uji Coba Co-firing Biomassa di 30 Lokasi PLTU Tahun Ini

PT PLN (Persero) menargetkan melakukan uji coba co-firing biomassa pada pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) miliknya di 30 lokasi hingga akhir tahun ini. Direktur Energi Primer PLN Rudy Hendra Prastowo mengatakan bahwa hingga saat ini perseroan telah melakukan uji coba co-firing biomassa di 16 lokasi PLTU. “Akan terus bertambah dengan target sampai akhir tahun minimal 30 lokasi masuk ke tahap uji coba,” ujar Rudy dalam FGD Nasional Co-firing Biomassa pada PLTU secara virtual, Jumat (16/10/2020). Berikut ini beberapa PLTU yang telah dilakukan uji coba co-firing biomassa :

– PLTU Jeranjang (2×25 MW) dengan pelet sampah

– PLTU Paiton (2×400 MW) pelet kayu

– PLTU Rembang (2×325 MW) pelet kayu

– PLTU Indramayu (3x330MW) pelet kayu

– PTLU Tenayan (2×110 MW) dengan cangkang kelapa sawit

– PLTU Ketapang (2×10 MW) dengan cangkang kelapa sawit

– PLTU Sanggau (2×7 MW) dengan cangkang kelapa sawit

– PLTU Belitung (2×16,5 MW) dengan cangkang kelapa sawit

g (2×10 MW), PLTU Sanggau (2×7 MW), dan PLTU Belitung (2×16,5 MW) dengan cangkang kelapa sawit. Rudy menuturkan, program co-firing biomassa ini merupakan langkah nyata PLN untuk mendukung pencapaian target bauran energi baru terbarukan (EBT) 23 persen pada 2025. Dengan melakukan co-firing di 52 lokasi PLTU perseroan diharapkan dapat membantu menaikkan bauran EBT sekitar 2 persen. Selain keberlangsungan ketersediaan biomassa sebagai feedstock, imbuh Rudy, kesiapan teknologi dan industri pengolah biomassa juga perlu didorong untuk memastikan kebutuhan biomassa untuk co-firing terpenuhi dengan baik. “Saat ini, industri pengolahan biomassa menjadi bahan bakar campuran co-firing masih belum banyak. Untuk itu dorongan untuk menumbuhkembangkan industri pengolahan biomassa untuk menjadi bahan bakar, termasuk industri pembuat alat dan mesin pembuat biomassa sangat diperlukan,” katanya. Secara keseluruhan terdapat 114 unit PLTU milik PT PLN (Persero) yang berpotensi dapat dilakukan co-firing biomassa. Pembangkit tersebut tersebar di 52 lokasi dengan total kapasitas 18.154 megawatt (MW). Direktur Bioenergi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Andriah Feby Misna mengatakan bahwa program co-firing biomassa pada PLTU merupakan upaya alternatif untuk bisa mengurangi pemakaian batu bara di PLTU dengan mensubtitusi sebagian batu bara dengan bahan bakar biomassa. “Upaya ini diharapkan dapat sekali dayung 2-3 pulau terlampaui, jadi tidak hanya EBT yang kita tingkatkan di 2025 nanti. Harapan kami melalui program ini, kita juga bisa mengolah sampah menjadi energi sehingga bisa membersihkan sampah-sampah yang ad,” kata Feby. Feby juga berharap program co-firing ini mampu membuka lapangan kerja dengan mendorong industri lokal untuk pengembangan biomassa, serta bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Untuk mendorong program co-firing ini, saat ini Kementerian ESDM tengah mengajukan rencana penyusunan rancangan Standar Nasional Indonesia (SNI) bahan bakar jumputan padat (solid recovered fuel/SRF) dan pellet biomassa untuk pembangkit listrik kepada Badan Standardisasi Nasional (BSN). Standardisasi diperlukan mengingat bahan baku co-firing terdiri atas berbagai macam jenis, mulai dari sampah, limbah kayu, cangkang sawit, dan lain-lain. Ragamnya jenis bahan baku ini dapat mempengaruhi komposisi dan karakter pellet biomassa.

https://ekonomi.bisnis.com/read/20201018/44/1306593/pln-targetkan-uji-coba-co-firing-biomassa-di-30-lokasi-pltu-tahun-ini

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *